Sunday, 27 April 2014

APENDISITIS (USUS BUNTU)

Apendisitis Akut


No. ICPC II : S87 (Appendicitis)
No. ICD X : K.35.9 (Acute appendicitis)
Tingkat Kemampuan:3B

Masalah Kesehatan

Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada apendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui, dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan perforasi

Penyebab :
a. Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan apendisitis akut
b. Erosi mukosa usus karena parasit Entamoeba hystolitica dan benda asing lainnya

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian menjalar ke Mc Burney. Apa bila telah terjadi inflamasi (>6 jam) penderita dapat menunjukkan letak nyeri, karena bersifat somatik.

Gejala Klinis:
a. Muntah (rangsangan viseral) akibat aktivasi n.vagus.

b. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam sesudahnya, merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul saat permulaan.

c. Disuria juga timbul apabila peradangan apendiks dekat dengan vesika urinaria.

d. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum.

e. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50C - 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.

f. Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan nyeri somatik yang beragam. Sebagai contoh apendiks yang panjang dengan ujung yang mengalami inflamasi di kuadran kiri bawah akan menyebabkan nyeri di daerah tersebut, apendiks retrosekal akan menyebabkan nyeri flank atau punggung, apendiks pelvikal akan menyebabkan nyeri pada supra pubik dan apendiks retroileal bisa menyebabkan nyeri testikuler, mungkin karena iritasi pada arteri spermatika dan ureter.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.

Palpasi
    a. Terdapat nyeri tekan Mc.Burney
    b. Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
    c. Adanya defens muscular.
    d. Rovsing sign positif
    e. Psoas sign positif
    f. Obturator Sign positif

Perkusi
Nyeri ketok (+)

Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik (-) pada illeus paralitik karena peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus.

Rectal Toucher / Colok dubur
Nyeri tekan pada jam 9-12

Tanda Peritonitis umum (perforasi) :
    a. Nyeri seluruh abdomen
    b. Pekak hati hilang
    c. Bising usus hilang

Apendiks yang mengalami gangren atau perforasi lebih sering terjadi dengan gejala-gejala sebagai berikut:
    a. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam
    b. Demam tinggi lebih dari 38,50C
    c. Lekositosis (AL lebih dari 14.000)
    d. Dehidrasi dan asidosis
    e. Distensi
    f. Menghilangnya bising usus
    g. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
    h. Rebound tenderness sign
    i. Rovsing sign
    j. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal

Pemeriksaan Penunjang:
a. Laboratorium darah perifer lengkap
   1. Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil laboratorium nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat, walaupun bukan penanda utama.
   2. Pada anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik untuk karakteristik apendisitis akut, akan ditemukan pada pemeriksaan darah adanya lekositosis 11.000-14.000/mm3, dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran kekiri hampir 75%.
   3. Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonitis.
   4. Penanda respon inflamasi akut (acute phase response) dengan menggunakan CRP? Adakah di puskesms?.
   5. Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi dan menyingkirkan kelainan urologi yang menyebabkan nyeri abdomen.
   6. Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan lakukan pengukuran kadar HCG yakin tidak ada di puskesmas.

b. Foto Polos abdomen
1. Pada apendisitis akut, pemeriksaan foto polos abdomen tidak banyak membantu. Mungkin terlihat adanya fekalit pada abdomen sebelah kanan bawah yang sesuai dengan lokasi apendiks, gambaran ini ditemukan pada 20% kasus.
2. Kalau peradangan lebih luas dan membentuk infiltrat maka usus pada bagian kanan bawah akan kolaps.
3. Dinding usus edematosa, keadaan seperti ini akan tampak pada daerah kanan bawah abdomen kosong dari udara.
4. Gambaran udara seakan-akan terdorong ke pihak lain.
5. Proses peradangan pada fossa iliaka kanan akan menyebabkan kontraksi otot sehingga timbul skoliosis ke kanan.
6. Gambaran ini tampak pada penderita apendisitis akut. Bila sudah terjadi perforasi, maka pada foto abdomen tegak akan tampak udara bebas di bawah diafragma. Kadang-kadang udara begitu sedikit
sehingga perlu foto khusus untuk melihatnya.
7. Foto polos abdomen supine pada abses appendik kadang-kadang memberi pola bercak udara dan air fluid level pada posisi berdiri/LLD (decubitus), kalsifikasi bercak rim-like (melingkar) sekitar perifer
mukokel yang asalnya dari appendik.
8. Pada appendisitis akut, kuadran kanan bawah perlu diperiksa untuk mencari appendikolit: kalsifikasi bulat lonjong, sering berlapis.
Ultrasonografi telah banyak digunakan untuk diagnosis apendisitis akut maupun apendisitis dengan abses. Belum tentu ada di puskesmas

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar diagnosis apendisitis akut.

Diagnosis Banding
a. Cholecystitis akut
b. Divertikel Mackelli
c. Enteritis regional
d. Pankreatitis
e. Batu ureter
f. Cystitis
g. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
h. Salphingitis akut

Komplikasi

a. Perforasi appendix
b. Peritonitis umum
c. Sepsis

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Pasien yang telahterdiagnosisAppendisitis akutharus segera dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito
a. Non-farmakologis
    1. Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
    2. Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui mulut.
    3. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi.
    4. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung dan untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi anestesi.
    5. Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan.
    6. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung agar mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah.

b. Tata Laksana Farmakologi
    1. Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik.
    2. Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%.
    3. Antibiotik spektrum luas

Komplikasi
a. Perforasi appendix
b. Peritonitis umum
c. Sepsis

Kriteria Rujukan

Pasien yang telah terdiagnosis harus dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito.

Sarana Prasarana:

a. Cairan parenteral
b. Antibiotik

Prognosis

Prognosis pada umumnya bonam



Sumber gambar :  http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/McBurney%27s_point.jpg/250px-McBurney%27s_point.jpg

No comments:

Post a Comment