Friday 26 December 2014

GANGGUAN PSIKOTIK

Gangguan Psikotik














 Sumber gambar :  http://www.istanafm.com/wp-content/uploads/2014/05/orang-gila.jpg


No. ICPC II : P98 Psychosis NOS/other
No. ICD X PC : F20# Chronic Psychotic Disorder
Tingkat Kemampuan: 3A

Masalah Kesehatan

Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya berat dalam
menilai realita, berupa sindroma (kumpulan gejala), antara lain
dimanifestasikan dengan adanya halusinasi dan waham.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Pasien mungkin datang dengan keluhan:
a. Sulit berpikir/sulit berkonsentrasi
b. Tidak dapat tidur, tidak mau makan
c. Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan
d. Bicara kacau yang tidak dapat dimengerti
e. Mendengar suara orang yang tidak dapat didengar oleh orang lain
f. Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita
g. Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau,
    perilaku kekerasan
h. Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik

Alo dan Auto Anamnesis tambahan:
Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam tinggi, kejang,
trauma kepala) dan penggunaan zat psikoaktif sebagai penyebab timbulnya
keluhan.

Faktor Risiko
a. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, antara lain hiperaktivitas
    sistem dopaminergik dan faktor genetik.
b. Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian skizoid,
    paranoid, dependen.
c. Adanya stresor kehidupan.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik dari
psikotiknya (gangguan mental organik). Selain itu pasien dengan gangguan
psikotik juga sering terdapat gangguan fisik yang menyertai karena perawatan
diri yang kurang.

Pemeriksaan Penunjang
a. Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang menyertai untuk
    menyingkirkan diagnosis banding gangguan mental organik.
b. Apabila ada kesulitan dalam merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
    tingkat lanjut maka pada faskes primer yang mampu perlu dilakukan
    pemeriksaan penunjang yang sesuai seperti: darah perifer lengkap,
    elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, serta radiologi dan EKG.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10-PC, yaitu:
a. Halusinasi (terutama halusinasi dengar); merupakan gangguan persepsi
    (persepsi palsu), tanpa adanya stimulus sensori eksternal. Halusinasi
    dapat terjadi pada setiap panca indra, yaitu halusinasi dengar, lihat,
    cium, raba, dan rasa.
b. Waham (delusi);merupakan gangguan pikiran, yaitu keyakinan yang
    salah, tidak sesuai dengan realita dan logika, namun tetap
    dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan cara apapun serta
    tidak sesuai dengan budaya setempat.
    Contoh: waham kejar, waham kebesaran, waham kendali, waham pengaruh.
    CONTOH : WAHAM KEBESARAN (MENJADI DA'I)
c. Perilaku kacau atau aneh
d. Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau dan tidak
    dimengerti)
e. Agitatif
f. Isolasi sosial (social withdrawal)
g. Perawatan diri yang buruk

Diagnosis Banding
a. Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, Psikosis Epileptik)
b. Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat (Napza)
c. Gangguan Afektif Bipolar/ Gangguan Manik
d. Gangguan Depresi (dengan gejala psikotik)

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Intervensi Psikososial
   1. Informasi penting bagi pasien dan keluarga
       • Agitasi dan perilaku aneh merupakan gejala gangguan mental,
          yang juga termasuk penyakit medis.
       • Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi
         perjalanan penyakit jangka panjang sulit diprediksi. Pengobatan
         perlu dilanjutkan meskipun setelah gejala mereda.
       • Gejala-gejala dapat hilang timbul. Diperlukan antisipasi dalam
         menghadapi kekambuhan. Obat merupakan komponen utama
         dalam pengobatan. Minum obat secara teratur akan mengurangi
         gejala-gejala dan mencegah kekambuhan.
       • Dukungan keluarga penting untuk ketaatberobatan (compliance)
         dan rehabilitasi.
       • Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan yang
          berharga untuk pasien dan keluarga.
   2. Konseling pasien dan keluarga
      • Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga dan
         minta dukungan mereka. Terangkan bahwa minum obat secara
         teratur dapat mencegah kekambuhan. Informasikan bahwa obat
         tidak dapat dikurangi atau dihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan
        dokter. Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin
         timbul dan cara penanggulangannya.
      • Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal
         mungkin di pekerjaan dan aktivitas harian lain.
      • Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat
        (berpakaian, berpenampilan dan berperilaku pantas).
      • Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada
        fase akut:
                a) Keluarga atau teman harus menjaga pasien.
                b) Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (misalnya makan dan
                     minum).
                c) Jangan sampai mencederai pasien.
      • Meminimalisasi stres dan stimulasi:
               a) Jangan mendebat pikiran psikotik (anda boleh tidak setuju
                   dengan keyakinan pasien, tetapi jangan mencoba untuk
                   membantah bahwa pikiran itu salah). Sedapat mungkin
                   hindari konfrontasi dan kritik.
               b) Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat, istirahat dan
                   menghindari stres dapat bermanfaat.
      • Agitasi yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat
         memerlukan rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang
         aman.

b. Farmakologi
1. Berikan obat antipsikotik:
    Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau
    Risperidon 2x 1-3 mg/hari atau
    Klorpromazin 2-3 x 100-200mg/hari.
    Untuk haloperidol dan risperidon dapat digabungkan
    dengan benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3 x 5 mg, lorazepam 1-3 x
    1-2 mg) untuk mengurangi agitasi dan memberikan efek sedasi.
     Benzodiazepin dapat ditappering-off setelah 2-4 minggu.
     Catatan: klorpromazin memiliki efek samping hipotensi ortostatik.
2. Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat diberikan injeksi
    intra muskular haloperidol kerja cepat (short acting) 5 mg, dapat
    diulangi dalam 30 menit - 1 jam jika belum ada perubahan yang
    signifikan, dosis maksimal 30 mg/hari. Atau dapat juga dapat
    diberikan injeksi intra muskular klorpromazin 2-3 x 50 mg. Untuk
    pemberian haloperidol dapat diberikan tambahan injeksi intra
    muskular diazepam untuk mengurangi dosis antipsikotiknya dan
    menambah efektivitas terapi. Setelah stabil segera rujuk ke RS/RSJ.
3. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat
    dipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo (jangka panjang)
    antipsikotik seperti haloperidol decanoas 50 mg atau fluphenazine
    decanoas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½ ampul terlebih dulu untuk 2
    minggu, selanjutnya injeksi 1 ampul untuk 1 bulan. Obat oral jangan
    diberhentikan dahulu selama 1-2 bulan, sambil dimonitor efek
    samping, lalu obat oral turunkan perlahan.
4. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor, kekakuan,
    akinesia, dapat diberikan triheksifenidil 2-4 x 2 mg; jika timbul
    distonia akut berikan injeksi diazepam atau difenhidramin, jika
    timbul akatisia (gelisah, mondar mandir tidak bisa berhenti bukan
    akibat gejala) turunkan dosis antipsikotik dan berikan beta-blocker,
    propranolol 2-3 x 10-20 mg.

c. Kunjungan Rumah (home visit)
    Kunjungan rumah dilakukan sesuai indikasi untuk:
    1. Memastikan kepatuhan dan kesinambungan pengobatan
    2. Melakukan asuhan keperawatan
    3. Melakukan pelatihan bagi pelaku rawat

Kriteria Rujukan

a. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik ke
    fasyankes sekunder yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa setelah
    dilakukan penatalaksanaan awal.
b. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap karena
    berpotensi membahayakan diri atau orang lain segera dirujuk setelah
    penatalaksanaan awal.

Sarana Prasarana

Alat restraint (fiksasi), alat transportasi untuk merujuk (bila tersedia).

Prognosis

Untuk ad Vitam adalah ad bonam, ad fungsionam adalah dubia, dan ad
sanationam adalah dubia.



Sumber gambar :  http://www.istanafm.com/wp-content/uploads/2014/05/orang-gila.jpg

Thursday 25 December 2014

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi


No. ICPC II : P74 Anxiety Disorder (anxiety state)
No. ICD X : F41.2 Mixed Anxiety and Depression Disorder
Tingkat Kemampuan: 3A

Masalah Kesehatan

Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas (kecemasan) dan
depresi bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya suatu
diagnosis tersendiri. Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik harus
ditemukan, walaupun tidak terus menerus, di samping rasa cemas atau
khawatir berlebihan.

Hasil Anamnesis (Subjective)


Keluhan
Biasanya pasien datang dengan keluhan fisik seperti: nafas pendek/cepat,
berkeringat, gelisah, gangguan tidur, mudah lelah, jantung berdebar,
gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai dengan rasa
cemas/khawatir berlebihan.

Allo dan Auto Anamnesis tambahan:
a. Adanya gejala seperti minat dalam melakukan aktivitas/semangat yang
    menurun, merasa sedih/murung, nafsu makan berkurang atau
    meningkat berlebihan, sulit berkonsentrasi, kepercayaan diri yang
    menurun, pesimistis.
b. Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan terdapat
    stresor kehidupan.
c. Menyingkirkan riwayat penyakit fisik dan penggunaan zat (alkohol,
    tembakau, stimulan, dan lain-lain

Faktor Risiko
a. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, antara lain hiperaktivitas
    sistem noradrenergik, faktor genetik.
b. Ciri kepribadian tertentu yang imatur dan tidak fleksibel, seperti ciri
    kepribadian dependen, skizoid, anankastik, cemas menghindar.
c. Adanya stresor kehidupan.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
Respirasi meningkat, tekanan darah dapat meningkat, dan tanda lain sesuai
keluhan fisiknya.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium dan penunjang lainnya tidak ditemukan adanya tanda yang
bermakna. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyingkirkan
diagnosis banding sesuai keluhan fisiknya.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10, yaitu: adanya gejala-gejala kecemasan
dan depresi yang timbul bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya
suatu diagnosis tersendiri.
a. Gejala-gejala kecemasan antara lain:
   1. Kecemasan atau khawatir berlebihan, sulit berkonsentrasi
   2. Ketegangan motorik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tegang, tidak
       dapat santai
   3. Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat berlebihan,
       sesak nafas, mulut kering,pusing, keluhan lambung, diare.
b. Gejala-gejala depresi antara lain:
   1. Suasana perasaan sedih/murung.
   2. Kehilangan minat/kesenangan (menurunnya semangat dalam
       melakukan aktivitas)
   3. Mudah lelah
   4. Gangguan tidur
   5. Konsentrasi menurun
   6. Gangguan pola makan
   7. Kepercayaan diri yang berkurang
   8. Pesimistis
   9. Rasa tidak berguna/rasa bersalah

Diagnosis Banding
a. Gangguan Cemas (Anxietas) Organik
b. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
c. Gangguan Depresi
d. Gangguan Cemas Menyeluruh
e. Gangguan Panik
f. Gangguan Somatoform

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Non-farmakologi
   1. Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga
       • Karena gangguan campuran cemas depresi dapat mengganggu
         produktivitas pasien, keluarga perlu memahami bahwa hal ini
         bukan karena pasien malas atau tidak mau mengerjakan
         tugasnya, melainkan karena gejala-gejala penyakitnya itu sendiri,
         antara lain mudah lelah serta hilang energi. Oleh sebab itu,
         keluarga perlu memberikan dukungan agar pasien mampu dan
         dapat mengatasi gejala penyakitnya.
       • Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang-kadang
         memerlukan pengobatan yang cukup lama, diperlukan dukungan
         keluarga untuk memantau agar pasien melaksanakan
         pengobatan dengan benar, termasuk minum obat setiap hari.
   2. Intervensi Psikososial
      • Lakukan penentraman (reassurance) dalam komunikasi
         terapeutik, dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran
         perasaan tentang gejala dan riwayat gejala.
      • Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan
         psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku, psikologik dan
         emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik yang
         mempunyai dasar fisiologik.
      • Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan follow-up,
         bagaimana menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali ke
         aktivitas normal.
      • Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas dalam)
      • Anjurkan untuk berolah raga teratur atau melakukan aktivitas
         yang disenangi serta menerapkan perilaku hidup sehat.
      • Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan manajemen stres
         dengan baik.

b. Farmakologi:
   1. Untuk gejala kecemasan maupun depresinya, diberikan antidepresan
       dosis rendah, dapat dinaikkan apabila tidak ada perubahan yang
       signifikan setelah 2-3 minggu:
       fluoksetin 1x10-20 mg/hari atau
       sertralin 1x25-50 mg/hari atau
       amitriptilin 1x12,5-50 mg/hari atau
       imipramin1-2x10-25 mg/hari.
       Catatan: amitriptilin dan imipramin tidak boleh diberikan
       pada pasien dengan penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati
       untuk pasien lansia karena efek hipotensi ortostastik
       (dimulai dengan dosis minimal efektif).
   2. Pada pasien dengan gejala kecemasan yang lebih dominan dan atau
       dengan gejala insomnia dapat diberikan kombinasi Fluoksetin atau
       sertralin dengan antianxietas benzodiazepin. Obat-obatan
       antianxietas jenis benzodiazepin yaitu: diazepam 1 x 2-5 mg atau
        lorazepam 1-2x0,5-1 mg atau klobazam 2 x 5-10 mg atau alprazolam
       2 x 0,25-0,5mg. Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin
       ditappering-off perlahan, sementara antidepresan diteruskan hingga
       4-6 bulan sebelum di tappering-off. Hati-hati potensi penyalahgunaan
       pada alprazolam karena waktu paruh yang pendek.

Kriteria Rujukan

Pasien dapat dirujuk setelah didiagnosis mengalami gangguan ini, terutama
apabila gejala progresif dan makin bertambah berat yang menunjukkan gejala
depresi seperti pasien menolak makan, tidak mau merawat diri, ada
ide/tindakan bunuh diri; atau jika tidak ada perbaikan yang signifikan dalam
2-3 bulan terapi.

Sarana Prasarana

Tidak ada sarana prasarana khusus.

Prognosis

Pada umumnya prognosis gangguan ini adalah bonam.




Sumber gambar :  http://obatdepresi.com/wp-content/uploads/2012/09/depresi-hamilthebill-dalam.jpg

Wednesday 24 December 2014

DEMENSIA (PIKUN)

Demensia




No. ICPC II : P70 Dementia
No. ICD X : F03 Unspecified dementia
Tingkat Kemampuan: 3A

Masalah Kesehatan

Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik
progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk
daya ingat (memori), daya pikir, daya tangkap (komprehensi), kemampuan
belajar, orientasi, kalkulasi, visuospasial, bahasa dan daya nilai. Gangguan
kognitif biasanya diikuti dengan deteriorasi dalam kontrol emosi, hubungan
sosial dan motivasi.
Pada umumnya terjadi pada usia lanjut, ditemukan pada
penyakit Alzhaimer, penyakit serebrovaskular, dan kondisi lain yang secara
primer dan sekunder mempengaruhi otak.

Hasil Anamnesis (Subjective)


Keluhan
Keluhan utama adalah gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian
yang baru dialami, dan kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan
sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil, pada
akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga.

Faktor Risiko
  a. Usia > 60 tahun (usia lanjut).
  b. Riwayat keluarga.
  c. Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakit
      jantung), atau diabetes mellitus.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

 

Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran sensorium baik.
b. Penurunan daya ingat yang bersifat kronik dan progresif. Gangguan
    fungsi otak terutama berupa gangguan fungsi memori dan bahasa,
    seperti afasia, aphrasia, serta adanya kemunduran fungsi kognitif
    eksekutif.
c. Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya gangguan
    neurologik atau penyakit sistemik

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan adanya kondisi
medis yang menimbulkan dan memperberat gejala. Dapat dilakukan Mini
Mental State Examination (MMSE).

Penegakan Diagnosis (Assessment)

 

DiagnosisKlinis
Pemeriksaan dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Kriteria Diagnosis

a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai
    mengganggu kegiatan harian seseorang
b. Tidak ada gangguan kesadaran
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enam bulan

Klasifikasi

a. Demensia pada penyakit Alzheimer
    
b. Demensia Vaskular (Demensia multiinfark)
c. Demensia pada penyakit Pick (Sapi Gila)
d. Demensia pada penyakit Creufield-Jacob
e. Demensia pada penyakit Huntington
f. Demensia pada penyakit Parkinson
g. Demensia pada penyakit HIV/AIDS
h. Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-60%), disusul
    demensia vaskular (20-30%)

Diagnosis Banding

a. Delirium
b. Depresi
c. Gangguan Buatan
d. Skizofrenia

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

 

Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
   1. Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik, lakukan aktifitas
       fisik sederhana seperti senam otak, stimulasi kognitif dengan
       permintaan, kuis, mengisi teka-teki silang, bermain catur.
   2. Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagi
       pasien.
   3. Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan, dan lain-lain)
       untuk mengoptimalkan aktivitas independen, meningkatkan fungsi,
       membantu adaptasi dan mengembangkan keterampilan, serta
       meminimalisasi kebutuhan akan bantuan.
  4. Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang
      milik pribadinya, mengenal waktu dengan menggunakan jam besar,
      kalender harian, dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga
      terdekat, mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat
      menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana dan jelas
      (satu atau dua tahap saja), bila perlu gunakan isyarat atau sentuhan
      lembut.
b. Farmakologi
   1. Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: donepzil,
       galantamine dan rivastigmine) atau memantine secara rutin untuk
       semua kasus demensia. Pertimbangkan pemberiannya hanya pada
       kondisi yang memungkinkan diagnosis spesifik penyakit Alzheimer
       ditegakkan dan tersedia dukungan serta supervisi adekuat oleh
       spesialis serta pemantauan efek samping oleh pelaku rawat.
   2. Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan antipsikotik dosis
       rendah, seperti: Haloperidol 0,5 – 1 mg/hari.

Kriteria Rujukan

a. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan
    lanjutan.
b. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan
    dirinya atau orang lain.

Sarana Prasarana:

Tidak ada sarana prasarana khusus

Prognosis

Prognosis umumnya ad vitam adalah dubia ad bonam, sedangkan fungsi
adalah dubia ad malam. Ad sanationam adalah ad malam.



 Sumber gambar :
 http://www.aktual.co/images/content/2013/04/20/ab54f1b22f55a64260f1096ac4953fca_a.jpg
 https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR-vMWC9KtdaFlTfHQrpFe5zum5cLyZXTfAmvJYB9mGDYZFuCiWEQ