Friday 4 July 2014

HIPERTENSI ESENSIAL

Hipertensi Esensial


No ICPC II : K86 Hypertension uncomplicated
No ICD X : I10 Essential (primary) hypertension
Tingkat Kemampuan: 4A

Masalah Kesehatan

Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg.
Kondisi ini sering tanpa gejala. Peningkatan tekanan darah yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi, seperti stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala.
Keluhan hipertensi antara lain: sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebardebar,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.Keluhan
tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi.

Faktor Risiko
Faktor risiko dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Hal yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.

Hal yang dapat dimodifikasi, yaitu:
  a. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan).
  b. Konsumsi alkohol berlebihan.
  c. Aktivitas fisik kurang.
  d. Kebiasaan merokok.
  e. Obesitas.
  f. Dislipidemia.
  g. Diabetus Melitus.
  h. Psikososial dan stres.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat.
Tekanan darah meningkat (sesuai kriteria JNC VII).
Nadi tidak normal.
Pada pasien denganhipertensi, wajib diperiksa status neurologis, akral, dan pemeriksaan fisik
jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi).

Pemeriksaan Penunjang
   Urinalisis (proteinuri atau albuminuria),
   tes gula darah,
   tes kolesterol (profil lipid),
   ureum kreatinin, f
   unduskopi,
   EKG dan
   foto thoraks.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tabel 23. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII)


Diagnosis Banding
a. Proses akibat white coat hypertension.
b. Proses akibat obat.
c. Nyeri akibat tekanan intraserebral.
d. Ensefalitis.

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.










 

Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
a. Hipertensi tanpa compelling indication
   1. Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari,
       furosemid 2x20-80 mg/hari), atau pemberian penghambat ACE
      (captopril 2x25-100 mg/hari atau enalapril 1-2 x 2,5-40 mg/hari),
      penyekat reseptor beta (atenolol 25-100mg/hari dosis tunggal),
      penghambat kalsium (diltiazem extended release 1x180-420 mg/hari,
      amlodipin 1x2,5-10 mg/hari, atau nifedipin long acting 30-60
      mg/hari) atau kombinasi.
   2. Hipertensi stage-2.
   3. Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu,
      dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid
      dan penghambat ACE atau antagonis reseptor AII (losartan 1-2 x 25-
      100 mg/hari) atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
   4. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi
      dari masing-masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat
      hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.
b. Hipertensi compelling indication (lihat tabel)
   Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau
   ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai (kondisi
   untuk merujuk ke Spesialis).
   Tabel 25. Hipertensi compelling indication


c. Kondisi khusus lain
1. Obesitas dan sindrom metabolik
    Lingkar pinggang laki-laki >90 cm/perempuan >80 cm. Tolerasi
    glukosa terganggu dengan GDP ≥ 110 mg/dl, tekanan darah minimal
    130/85 mmHg, trigliserida tinggi ≥150 mg/dl, kolesterol HDL rendah
    <40 mg/dl (laki-laki) dan <50 mg/dl (perempuan)
    Modifikasi gaya hidup yang intensif dengan terapi utama ACE, pilihan
    lain reseptor AII, penghambat calsium dan penghambat Ω.
2. Hipertrofi ventrikel kiri
    Tatalaksana tekanan darah agresif termasuk penurunan berat badan,
    restriksi asupan natrium dan terapi dengan semua kelas
    antihipertensi kecuali vasodilator langsung, yaitu hidralazin dan
    minoksidil.
3. Penyakit Arteri Perifer
    Semua kelas antihipertensi, tatalaksana faktor risiko dan pemberian
    aspirin.
4. Lanjut Usia
    Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mh/hari.
    Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.
5. Kehamilan
    Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium,
    vasodilator.
    Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan
    selama kehamilan.


Konseling dan Edukasi
Edukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat untuk mencegah dan
mengontrol hipertensi seperti:
a. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary
Approaches To Stop Hypertension).
b. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
c. Gaya hidup aktif/olah raga teratur.
d. Stop merokok.
e. Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).
Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan
yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol
tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala
(misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang
digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan
pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan
meskipun tak ada gejala.Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran
kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan
komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.

Komplikasi

Hipertrofi ventrikel kiri, proteinurea dan gangguan fungsi ginjal,aterosklerosis
pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA, infark myocard, angina pectoris,
serta gagal jantung

Kriteria rujukan

a. Hipertensi dengan komplikasi.
b. Resistensi hipertensi.
c. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi).

Sarana Prasarana

a. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis, glukometer dan
    profil lipid.
b. EKG.
c. Radiologi.
d. Obat-obat antihipertensi.

Prognosis

Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol

Thursday 3 July 2014

GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIK

Gagal Jantung Akut dan Kronik

 
No. ICPC II : K77 Heart failure
No. ICD X : I50.9
Tingkat Kemampuan:
a. Gagal jantung akut 3B
b. Gagal jantung kronik 3A
Masalah Kesehatan
Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan yang
menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya rehospitalisasi karena
kekambuhan yang tinggi dan peningkatan angkan kematian.
Angka Morbiditas Penyakit: prevalensi kasus gagal jantung di komunitas
meningkat seiring dengan meningkatnya usia: 0,7 % (40-45 tahun), 1,3 % (55-64
tahun), dan 8,4 % (75 tahun ke atas). Lebih dari 40% pasien kasus gagal jantung
memiliki ejeksi fraksi lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko terjadinya gagal
jantung sekitar 21% untuk lelaki dan 20.3 % pada perempuan.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
   a. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
   b. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
   c. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada
orangtua

Faktor Risiko
  a. Hipertensi
  b. Dislipidemia
  c. Obesitas
  d. Merokok
  e. Diabetes melitus
  f. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
  g. Riwayat infark miokard

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

 
Pemeriksaan Fisik:
  a. Peningkatan tekanan vena jugular (vena di leher kelihatan besar)
     
  b. Frekuensi pernapasan meningkat
  c. Frekuensi nadi dan regularitasnya
  d. Tekanan darah
  e. Kardiomegali (pembesaran jantung)
  f. Gangguan bunyi jantung (gallop)
  g. Ronkhi pada pemeriksaan paru (karena ada penumpukan cairan di paru)
  h. Hepatomegali (pembesaran hati)
  i. Asites (penimbunan cairan di perut sehingga perut membesar/buncit)
  j. Edema perifer (pembengkakan pada kaki dan atau tangan)

    
Pemeriksaan penunjang esential
a. Rontgen thoraks (kardiomegali, gambaran edema paru/alveolar
    edema/butterfly appearance)
b. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T,
    dan gambaran abnormal lainnya.
c. Darah perifer lengkap

Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham: minimal 1 kriteria
mayor dan 2 kriteria minor.

Kriteria Mayor:
  a. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
  b. Distensi vena-vena leher
  c. Peningkatan tekanan vena jugularis
  d. Ronkhi
  e. Terdapat kardiomegali
  f. Edema paru akut
  g. Gallop (S3)
  h. Refluks hepatojugular positif

Kriteria Minor:
  a. Edema ekstremitas
  b. Batuk malam
  c. dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
  d. Hepatomegali
  e. Efusi pleura
  f. penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
  g. takikardi >120 kali per menit

Diagnosis Banding
a. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru
    berat (ARDS), emboli paru
b. Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
c. Penyakit Hati: sirosis hepatik

Komplikasi

a. Syok Kardiogenik
b. Gangguan keseimbangan elektrolit

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
a. Modifikasi gaya hidup:
   1. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1
       liter (berat)
   2. Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1
       maksimal gram (berat)
   3. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
b. Aktivitas fisik:
   1. Pada kondisi akut berat: tirah baring
   2. Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd
       80% dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
c. Penatalaksanaan farmakologi:
   Pada gagal jantung akut:
   1. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
   2. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
       furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
   3. Cari pemicu gagal jantung akut.
   4. Segera rujuk.

   Pada gagal jantung kronik:
   1. Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapat
       dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam tidak ada respon
       rujuk ke Layanan Sekunder.
   2. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB)
       mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang
       efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai
       dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
   3. Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai
       tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan
      sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
      Digoxin diberikan bila ditemukan fibrilasi atrial untuk menjaga denyut nadi
      tidak terlalu cepat.

Konseling dan Edukasi
a. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung
    kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang paling sering adalah tidak
    terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula darah.
b. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
    kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah
    pengobatan di rumah sakit.
c. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
d. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas dan
    berinteraksi.
e. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor
    pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta
    menyepakati bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien.

Kriteria Rujukan

Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau Sp. Penyakit Dalam
untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam waktu
cepat harus segera dirujuk Layanan Sekunder (Sp. Jantung/Sp. Penyakit
Dalam) untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

Sarana Prasarana

a. Oksigen
b. Digitalis
c. ACE Inhibitor
d. Diuretik

Prognosis

Tergantung dari berat ringannya penyakit.




Sumber gambar :
 http://38.media.tumblr.com/tumblr_lrp217slDO1qk3rzjo1_500.jpg
 http://37.media.tumblr.com/tumblr_lyg0ryQTpL1qcwvfzo1_500.jpg
 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4d/Elevated_JVP.JPG
 http://www.ganfyd.org/images/a/a2/CXR_pulmonary_oedema.jpg