Gagal Jantung Akut dan Kronik
No. ICPC II : K77 Heart failure
No. ICD X : I50.9
Tingkat Kemampuan:
a. Gagal jantung akut 3B
b. Gagal jantung kronik 3A
Masalah Kesehatan
Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan yang
menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya rehospitalisasi karena
kekambuhan yang tinggi dan peningkatan angkan kematian.
Angka Morbiditas Penyakit: prevalensi kasus gagal jantung di komunitas
meningkat seiring dengan meningkatnya usia: 0,7 % (40-45 tahun), 1,3 % (55-64
tahun), dan 8,4 % (75 tahun ke atas). Lebih dari 40% pasien kasus gagal jantung
memiliki ejeksi fraksi lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko terjadinya gagal
jantung sekitar 21% untuk lelaki dan 20.3 % pada perempuan.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhana. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
b. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
c. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada
orangtua
Faktor Risiko
a. Hipertensi
b. Dislipidemia
c. Obesitas
d. Merokok
e. Diabetes melitus
f. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
g. Riwayat infark miokard
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik:
a. Peningkatan tekanan vena jugular (vena di leher kelihatan besar)
b. Frekuensi pernapasan meningkat
c. Frekuensi nadi dan regularitasnya
d. Tekanan darah
e. Kardiomegali (pembesaran jantung)
f. Gangguan bunyi jantung (gallop)
g. Ronkhi pada pemeriksaan paru (karena ada penumpukan cairan di paru)
h. Hepatomegali (pembesaran hati)
i. Asites (penimbunan cairan di perut sehingga perut membesar/buncit)
j. Edema perifer (pembengkakan pada kaki dan atau tangan)
Pemeriksaan penunjang esential
a. Rontgen thoraks (kardiomegali, gambaran edema paru/alveolar
edema/butterfly appearance)
b. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T,
dan gambaran abnormal lainnya.
c. Darah perifer lengkap
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham: minimal 1 kriteria
mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
a. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
b. Distensi vena-vena leher
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Ronkhi
e. Terdapat kardiomegali
f. Edema paru akut
g. Gallop (S3)
h. Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor:
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam
c. dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
g. takikardi >120 kali per menit
Diagnosis Banding
a. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru
berat (ARDS), emboli paru
b. Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
c. Penyakit Hati: sirosis hepatik
Komplikasi
a. Syok Kardiogenikb. Gangguan keseimbangan elektrolit
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaana. Modifikasi gaya hidup:
1. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1
liter (berat)
2. Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1
maksimal gram (berat)
3. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
b. Aktivitas fisik:
1. Pada kondisi akut berat: tirah baring
2. Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd
80% dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
c. Penatalaksanaan farmakologi:
Pada gagal jantung akut:
1. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
2. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
3. Cari pemicu gagal jantung akut.
4. Segera rujuk.
Pada gagal jantung kronik:
1. Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapat
dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam tidak ada respon
rujuk ke Layanan Sekunder.
2. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB)
mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang
efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai
dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
3. Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai
tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan
sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
Digoxin diberikan bila ditemukan fibrilasi atrial untuk menjaga denyut nadi
tidak terlalu cepat.
Konseling dan Edukasi
a. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung
kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang paling sering adalah tidak
terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula darah.
b. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah
pengobatan di rumah sakit.
c. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
d. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas dan
berinteraksi.
e. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta
menyepakati bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien.
Kriteria Rujukan
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatansekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau Sp. Penyakit Dalam
untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam waktu
cepat harus segera dirujuk Layanan Sekunder (Sp. Jantung/Sp. Penyakit
Dalam) untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Sarana Prasarana
a. Oksigenb. Digitalis
c. ACE Inhibitor
d. Diuretik
Prognosis
Tergantung dari berat ringannya penyakit.Sumber gambar :
http://38.media.tumblr.com/tumblr_lrp217slDO1qk3rzjo1_500.jpg
http://37.media.tumblr.com/tumblr_lyg0ryQTpL1qcwvfzo1_500.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4d/Elevated_JVP.JPG
http://www.ganfyd.org/images/a/a2/CXR_pulmonary_oedema.jpg
No comments:
Post a Comment