Otitis Media Akut
No. ICPC II : H71 Acute otitis media/myringitis
No. ICD X : H66.0 Acute suppurative otitis media
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosatelinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang
terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi
dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-anak
makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula
kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh karena sistem imunitas anak
yang belum berkembang secara sempurna. Pada bayi terjadinya OMA
dipermudah oleh karena tuba eustachius pendek, lebar, dan letak agak
horizontal.
Hasil Anamnesis (Subjective)
KeluhanPasien datang dengan keluhan yang bergantung pada stadium OMA yang
terjadi.
Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan demam
serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tibatiba
menjerit waktu tidur, bila demam tinggi sering diikuti diare dan kejang kejang.
Kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Pada stadium
supurasi pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di
telinga bertambah hebat. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret
mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang.
Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.
Faktor Risiko
a. Bayi dan anak
b. Infeksi saluran napas berulang
c. Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisika. Dapat ditemukan demam
b. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran timpani:
1. Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat gambaran retraksi
membran timpani, warna membran timpani suram dengan reflex
cahaya tidak terlihat.
2. Pada stadium hiperemis membran timpani tampak hiperemis serta
edema.
3. Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke arah luar
(bulging) berwarna kekuningan.
4. Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani dan nanah
keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
5. Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap utuh, maka
perlahan-lahan akan normal kembali.Bila telah terjadi perforasi,
maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak yang lebih besar
dapat ditemukan tuli konduktif
Pemeriksaan Penunjang : -
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis KlinisDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Otitis Media Akut:
a. Stadium oklusi tuba Eustachius
Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.
Membran timpani terlihat suram dengan refleks cahaya menghilang.
Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit
dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau
alergi.
b. Stadium Hiperemis
Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga
membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.
c. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani
yang menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga
luar. Pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di
telinga bertambah hebat. Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada
stadium ini, kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan
keluar nanah ke liang telinga luar. Dan bila ruptur, maka lubang tempat
ruptur (perforasi) kadang tidak menutup kembali terutama pada anak
usia lebih dari 12 tahun atau dewasa.
d. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar.
e. Stadium Resolusi
Diagnosis Banding
a. Otitis media serosa akutb. Otitis eksterna
Komplikasi
a. Otitis Media Supuratif Kronikb. Abses sub-periosteal
c. Mastoiditis akut
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaana. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
b. Pemberian farmakoterapi dengani:
1. Topikal
• Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka
kembali tuba eustachius. Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%
(atau oksimetazolin 0,025%) diberikan dalam larutan fisiologik
untuk anak kurang dari 12 tahun dan HCl efedrin 1% (atau
oksimetazolin 0,05%) dalam larutan fisiologik untuk anak yang
berumur lebih dari 12 tahun atau dewasa.
• Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3-5 hari, dilanjutkan antibiotik adekuat yang tidak
ototoksik seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3 minggu.
2. Oral sistemik
• Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi.
• Antipiretik seperti paracetamol sesuai dosis anak.
• Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan hiperemis ialah
penisilin atau eritromisin, selama 10-14 hari:
a) Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
b) Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
c) Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
d) Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin.
• Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan)
dan pemberian antibiotik. Antibiotik yang diberikan:
a) Amoxyciline: Dewasa 3x500 mg/hari. Pada bayi/anak 50mg/kgBB/hari; atau
b) Erythromycine: Dewasa/ anak sama dengan dosis amoxyciline;atau
c) Cotrimoxazole: (kombinasi trimethroprim 80 mg dan sulfamethoxazole 400 mg tablet)
untuk dewasa 2x2 tablet, anak (trimethroprim 40 mg dan sulfamethoxazole 200 mg)
suspensi 2x5 ml.
d) Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasi
amoxyciline dan asam klavulanat, dewasa 3x625 mg/hari. Pada
bayi/anak, dosis disesuaikan dengan BB dan usia.
c. Miringotomi (kasus rujukan)
Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat,
demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis,
labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi
third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali
terapi antibiotik pada satu episode OMA.
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Kultur bakteri pada kasus OMA berulang dan dilakukan di layanan sekunder.
Rencana Tindak Lanjut
Dilakukan pemeriksaan membran tympani selama 2-4 minggu sampai terjadi
resolusi membran tymphani (menutup kembali) jika terjadi perforasi.
Konseling dan Edukasi
a. Memberitahu keluarga bahwa pengobatan harus adekuat agar membran
timpani dapat kembali normal.
b. Memberitahu keluarga untuk mencegah infeksi saluran napas atas
(ISPA) pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA denganpengobatan
adekuat.
c. Memberitahu keluarga untuk menganjurkan pemberian ASI minimal
enam bulan sampai dengan 2 tahun.
d. Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok dan lain-lain.
Kriteria Rujukan
a. Jika indikasi miringotomi.b. Bila membran tymphani tidak menutup kembali setelah 3 bulan.
Sarana Prasarana
a. Lampu kepalab. Spekulum telinga
c. Aplikator kapas
d. Otoskop
Prognosis
Prognosis quo ad fungsionam dan sanationam adalah dubia ad bonam jikapengobatan adekuat. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang
keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa
berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa
terjadinya perforasi.
Sumber gambar :
http://www.drpaul.com/illnesses/images/normal-ear-infected-ear.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/39/Otitis_media_incipient.jpg
http://otitismedia.hawkelibrary.com/albums/aom/3_2_CSOM_Otorrhea.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/67/Acute_Otitis_Media.jpg
No comments:
Post a Comment