Tuesday, 25 November 2014

TENSION HEADACHE (SAKIT KEPALA TEGANG)

Tension Headache


No. ICPC II : N95 Tension Headache
No. ICD X : G44.2 Tension–type headache
Tingkat Kemampuan: 4A

Masalah Kesehatan

Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau nyeri kepala tipe
tegang adalah bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering
dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan stres. Sebagian besar
tergolong dalam kelompok yang mempunyai perasaan kurang percaya diri,
selalu ragu akan kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi gentar dan
tegang. Pada akhirnya, terjadi peningkatan tekanan jiwa dan penurunan
tenaga. Pada saat itulah terjadi gangguan dan ketidakpuasan yang
membangkitkan reaksi pada otot-otot kepala,leher, bahu, serta vaskularisasi
kepala sehingga timbul nyeri kepala.

Nyeri kepala ini lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki
dengan perbandingan 3:1. TTH dapat mengenai semua usia, namun sebagian
besar pasien adalah dewasa muda yang berusiasekitar antara 20-40 tahun.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Pasien datang dengan keluhan nyeri yang tersebar secara difus dan sifat
nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.Nyeri kepala tegang otot biasanya
berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri bisa dirasakan
kadang-kadang atau terus menerus. Nyeri pada awalnya dirasakan pasien
pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian belakang
selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini jugadapat menjalar
ke bahu. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang
pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala.
Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia
mungkin saja terjadi. Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia
(gangguan tidur yang sering terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek,
konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.
Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi
konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.

Faktor Risiko: -

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri
kepalategang otot ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal,
pemeriksaan neurologis normal.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan kepala dan leher serta
pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi,
dansensoris.
Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan
pada bola mata yang bisa menyebabkan sakit kepala.
Pemeriksaan daya ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien juga
dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menyingkirkan berbagai penyakit yang serius yang memiliki
gejala nyeri kepala seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya.
 
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
normal. Anamnesis yang mendukung adalah adanya faktor psikis yang
melatar belakangi dan karakteristik gejala nyeri kepala (tipe, lokasi, frekuensi
dan durasi nyeri) harus jelas.
 
Klasifikasi
Menurut lama berlangsungnya, nyeri kepala tegang otot ini dibagi
menjadinyeri kepala episodik jika berlangsungnya kurang dari 15 hari dengan
serangan yang terjadi kurang dari1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun).
Apabila nyeri kepala tegang otot tersebut berlangsung lebih dari 15 hari
selama 6 bulan terakhir dikatakan nyeri kepala tegang otot kronis.

Diagnosis Banding

a. Migren
b. Cluster-type hedache (nyeri kepala kluster)

Komplikasi : -

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
a. Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan
    pasien merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk
    keberhasilan pengobatan. Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien
    bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau
    otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau
    penyakit intrakranial lainnya. Penilaian adanya kecemasan atau depresi
    harus segera dilakukan. Sebagian pasien menerima bahwa kepalanya
    berkaitan dengan penyakit depresinya dan bersedia ikut program
    pengobatan sedangkan pasien lain berusaha menyangkalnya. Oleh
    sebab itu, pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari
    dengan obat anti cemas atau anti depresi serta modifikasi pola hidup
    yang salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya.
b. Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan
    atau mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan muncul.
    Penghilang sakit yang sering digunakan adalah: acetaminophen dan
    NSAID seperti aspirin, ibuprofen, naproxen,dan ketoprofen. Pengobatan
    kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat
    sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini lebih efektif untuk
    menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2 hari
    dalam seminggu dan penggunaannya harus diawasi oleh dokter.
c. Pemberian obat-obatan antidepresi yaitu amitriptilin
    Tabel 37. Analgesik nonspesifik untuk TTH

    * Respon terapi dalam 2 jam (nyeri kepala residual menjadi ringan atau hilang dalam
       2 jam).

Konseling dan Edukasi
a. Keluarga ikut meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
    dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut
    akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.
b. Keluarga ikut membantu mengurangi kecemasan atau depresi pasien,
    serta menilai adanya kecemasan atau depresi pada pasien.

Kriteria Rujukan

a. Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke fasilitas pelayanan
    kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.
b. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus
    dirujuk ke pelayanan sekunder yang memiliki dokter spesialis jiwa.

Sarana Prasarana

Obat analgetik

Prognosis

Prognosis umumnya bonam karena dapat terkendali dengan pengobatan
pemeliharaan.

No comments:

Post a Comment