Tuesday 18 November 2014

RABIES (ANJING GILA)

Rabies






















No. ICPC II : A77 Viral disease other/NOS
No. ICD X : A82.9 Rabies, Unspecified
Tingkat Kemampuan: 3B

Masalah Kesehatan

Rabies adalah penyakit infeksi akut sistem saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae dan
menginfeksi manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet,
kucing, serigala, kelelawar) Rabies hampir selalu berakibat fatal jika postexposure
prophylaxis tidak diberikan sebelum onset gejala berat. Virus rabies
bergerak ke otak melalui saraf perifer. Masa inkubasi dari penyakit ini
tergantung pada seberapa jauh jarak perjalanan virus untuk mencapai sistem
saraf pusat, biasanya mengambil masa beberapa bulan.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
a. Stadium prodromal
    Gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan
    selama beberapa hari.
b. Stadium sensoris
    Penderita merasa nyeri, merasa panas disertai kesemutan pada tempat
    bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang
    berlebihan terhadap rangsang sensoris.
c. Stadium eksitasi
    Tonus otot dan aktivitas simpatis menjadi meninggi dan gejala
    hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Hal yang
    sangat khas pada stadium ini adalah munculnya macam-macam fobia
    seperti hidrofobia. Kontraksi otot faring dan otot pernapasan dapat
    ditimbulkan oleh rangsangan sensoris misalnya dengan meniupkan
    udara ke muka penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apneu,
    sianosis, konvulsan, dan takikardia. Tindak tanduk penderita tidak
    rasional kadang maniakal disertai dengan responsif. Gejala eksitasi
    terus berlangsung sampai penderita meninggal.
d. Stadium paralisis
    Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium sebelumnya,
    namun kadang ditemukan pasien yang tidak menunjukkan gejala
    eksitasi melainkan paresis otot yang terjadi secara progresif karena
    gangguan pada medulla spinalis.

Pada umumnya rabies pada manusia mempunyai masa inkubasi 3-8 minggu.
Gejala-gejala jarang timbul sebelum 2 minggu dan biasanya timbul sesudah 12
minggu.
Mengetahui port de entry virus tersebut secepatnya pada tubuh
pasien merupakan kunci untuk meningkatkan pengobatan pasca gigitan (post
exposure therapy). Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah
sembuh bahkan mungkin telah dilupakan. Tetapi pasien sekarang mengeluh
tentang perasaan (sensasi) yang lain ditempat bekas gigitan tersebut. Perasaan
itu dapat berupa rasa tertusuk, gatal-gatal, rasa terbakar (panas), berdenyut
dan sebagainya.

Anamnesis penderita terdapat riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan
anjing, kucing, atau binatang lainnya yang:
  a. Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka).
  b. Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh).
  c. Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dan sebagainya).
  d. Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan, dan lain-lain).

Masa inkubasi rabies 3-4 bulan (95%), bervariasi antara 7 hari-7 tahun.
Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan,
dan lokasi luka gigitan (jauh dekatnya ke sistem saraf pusat, derajat
patogenitas virus dan persarafan daerah luka gigitan). Luka pada kepala
inkubasi 25-48 hari, dan pada ekstremitas 46-78 hari.

Faktor Risiko: -

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
a. Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan
    mungkin telah dilupakan.
b. Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada luka
    bekas gigitan yang sudah sembuh (50%), mioedema (menetap selama
    perjalanan penyakit).
c. Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat: hiperventilasi,
    hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma
    abnormalitas ADH, paralitik/paralisis flaksid.
d. Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian.
e. Tanda patognomonis
    Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang
    persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris
    spasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia.

Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium kurang bermakna.


Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit
mati dalam 1 minggu.
Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ditemukan
parestesia pada daerah gigitan.
Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten,
nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme),
hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia.

Diagnosis Banding
  a. Tetanus.
  b. Ensefalitis.
  c. lntoksikasi obat-obat.
  d. Japanese encephalitis.
  e. Herpes simplex.
  f. Ensefalitis post-vaksinasi.

Komplikasi

a. Gangguan hipotalamus: diabetes insipidus, disfungsi otonomik yang
    menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipo/hipertermia, aritmia dan henti
    jantung.
b. Kejang dapat lokal atau generalisata, sering bersamaan dengan aritmia
    dan dyspneu.

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
a. Isolasi pasien penting segera setelah diagnosis ditegakkan untuk
    menghindari rangsangan-rangsangan yang bisa menimbulkan spasme
    otot ataupun untuk mencegah penularan.
b. Fase awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen)
    5-10 menit kemudian dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement
    dan diberikan desinfektan seperti alkohol 40-70%, tinktura yodii atau
    larutan ephiran, Jika terkena selaput lendir seperti mata, hidung atau
    mulut, maka cucilah kawasan tersebut dengan air lebih lama;
    pencegahan dilakukan dengan pembersihan luka dan vaksinasi.
c. Fase lanjut: tidak ada terapi untuk penderita rabies yang sudah
    menunjukkan gejala rabies, penanganan hanya berupa tindakan
    suportif dalam penanganan gagal jantung dan gagal nafas.
d. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) Bila serum heterolog (berasal dari
    serum kuda) Dosis 40 IU/ kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka
    sebanyak-banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM. Skin test perlu
    dilakukan terlebih dahulu. Bila serum homolog (berasal dari serum
    manusia) dengan dosis 20 IU/ kgBB, dengan cara yang sama.
e. Pemberian serum dapat dikombinasikan dengan Vaksin Anti Rabies
    (VAR) pada hari pertama kunjungan.
f. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang
   dikenal sebagai post-exposure prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM pada
   otot deltoid atau anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml pada hari 0, 3,

   7,14, 28 (regimen Essen atau rekomendasi WHO), atau
   pemberian VAR 0,5 ml pada hari 0, 7, 21 (regimen Zagreb/rekomendasi 
   Depkes RI).
g. Pada orang yang sudah mendapat vaksin rabies dalam waktu 5 tahun
    terakhir, bila digigit binatang tersangka rabies, vaksin cukup diberikan 2
    dosis pada hari 0 dan 3, namun bila gigitan berat vaksin diberikan
    lengkap.
h. Pada luka gigitan yang parah, gigitan di daerah leher ke atas, pada jari
    tangan dan genitalia diberikan SAR 20 IU/kgBB dosis tunggal. Cara
    pemberian SAR adalah setengah dosis infiltrasi pada sekitar luka dan
    setengah dosis IM pada tempat yang berlainan dengan suntikan SAR,
    diberikan pada hari yang sama dengan dosis pertama SAR.

Konseling dan Edukasi
a. Keluarga ikut membantu dalam hal penderita rabies yang sudah
    menunjukan gejala rabies untuk segera dibawa untuk penanganan
    segera ke fasilitas kesehatan. Pada pasien yang digigit hewan tersangka
    rabies, keluarga harus menyarankan pasien untuk vaksinasi.
b. Laporkan kasus Rabies ke dinas kesehatan setempat.

Kriteria Rujukan

a. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies.
b. Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter
    spesialis neurolog.

Sarana Prasarana

a. Cairan desinfektan
b. Serum Anti Rabies
c. Vaksin Anti Rabies

Prognosis

Prognosis pada umumnya dapat buruk, karena kematian dapat mencapai
100% apabila virus rabies mencapai SSP. Prognosis selalu fatal karena sekali
gejala rabies terlihat, hampir selalu kematian terjadi dalam 2-3 hari
sesudahnya sebagai akibat gagal napas/henti jantung. Jika dilakukan
perawatan awal setelah digigit anjing pengidap rabies, seperti pencucian luka,
pemberian VAR dan SAR, maka angka survival mencapai 100%.



Sumber gambar :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8T-OUaj8G_sAOrDDsocpPMpAN_m-JVu9sAbtZlG_bHP23A0uXg3ofjJeYeXPRbzgTVqFGLQCEUVM6leX4fvtpF3Bfi0sBROgFgwOLSD3-tmS1WdvwIEGJ54TF5nHj96GP7BzHmH-yzpBJ/s1600/rabies+illustration.jpg
http://www.wormsandgermsblog.com/uploads/image/Rabies.jpg
http://okydian.staff.ub.ac.id/files/2012/10/infographhic-anjing-gila-copy1.jpg

No comments:

Post a Comment