Strongiloidiasis
No. ICPC II : D96 Worms/other parasites
No. ICD X : B78.9 Strongyloidiasis
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Strongyloidiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Strongyloides stercoralis, cacing yang biasanya hidup di kawasan tropic dan subtropik. Sekitar 300 juta orang diperkirakan terkena penyakit ini di seluruh dunia. Infeksi cacing ini bisa menjadi sangat berat dan berbahaya pada mereka yang immunokompromais.Hasil Anamnesis (Subjective)
KeluhanPada infestasi ringan Strongyloides pada umumnya tidak menimbulkan gejala khas.
Gejala klinis
a. Rasa gatal pada kulit.
b. Pada infeksi sedang dapat menimbulkan gejala seperti ditusuk-tusuk didaerah epigastrium dan tidak menjalar.
c. Mual
d. Muntah
e. Diare dan konstipasi saling bergantian
Faktor Risiko
a. Kurangnya penggunaan jamban.
b. Tanah yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung larva Strongyloides stercoralis.
c. Penggunaan tinja sebagai pupuk.
d. Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan dengan tanah.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana(Objective)
Pemeriksaan Fisika. Timbul kelainan pada kulit “creeping eruption” berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan.
b. Pemeriksaan generalis: nyeri epigastrium
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik: menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau menemukan cacing dewasa Strongyloides stercoralis.
b. Pemeriksaan laboratorium darah: dapat ditemukan eosinofilia atau hipereosinofilia, walaupun pada banyak kasus jumlah sel eosinofilia normal.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis KlinisPenegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditemukannya larva atau cacing dalam tinja.
Diagnosis Banding : -
Komplikasi : -
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaana. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:
1. Menggunakan jamban keluarga.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.
3. Menggunakan alas kaki.
4. Hindari penggunaan pupuk dengan tinja.
b. Farmakologi
1. Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari, atau
2. Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu.
Konseling dan Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain:
a. Sebaiknya setiap keluarga memiliki jamban keluarga.
b. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia.
c. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
d. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktifitas dengan menggunakan sabun.
e. Menggunakan alas kaki.
Kriteria Rujukan : -
Pasien strongyloidiasis dengan keadaan imunokompromais seperti penderita AIDSSarana Prasarana
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses.Prognosis
Pada umumnya prognosis penyakit ini adalah bonam, karena jarang menimbulkan kondisi klinis yang berat.Catatan : Cara pengobatan lokal dengan menyemprotkan Chlor Ethyl sprai sampai terlihat beku pada ujung yang aktif
Gambar : http://dxline.info/img/new_ail/creeping-eruption_1.jpg
No comments:
Post a Comment