Tuesday, 26 May 2015

FARINGITIS (RADANG TENGGOROKAN)

Faringitis

No. ICPC II : R74 Upper respiratory infection acute
No. ICD X : J02.9 Acute pharyngitis, unspecified
Tingkat Kemampuan: 4A





















Masalah Kesehatan

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.
Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan
karena faringitis. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali
infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global
di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen
bekerja atau sekolah.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorokan, sakit jika menelan dan
batuk.
Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme
yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala
umum seperti lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot
leher.
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala
    rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
    demam disertai rinorea dan mual.


b. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam
    dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.


c. Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.


d. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan
    akhirnya batuk yang berdahak.
e. Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta
    mulut berbau.
f. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
    dengan pengobatan bakterial non spesifik.
g. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan
    riwayat hubungan seksual.

Faktor Risiko
a. Paparan udara yang dingin.
b. Menurunnya daya tahan tubuh.
c. Konsumsi makanan yang kurang gizi.
d. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam
    lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
a. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis,
    eksudat (virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak
    menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat menimbulkan lesi
    vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
b. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring
    dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa
    hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring.
    Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan
    nyeri pada penekanan.
c. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih diorofaring dan
    pangkal lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
d. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa
    di bawah mukosa faring dan lateral lateral band hiperplasi. Pada
    pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan
    bergranular (cobble stone).
e. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring
    ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa
    kering.
f. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan
    pada mukosa faring dan laring.
g. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
   1. Stadium primer
       Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring
       berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada
       daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga
       didapatkan pembesaran kelenjar mandibula
   2. Stadium sekunder
       Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat eritema
       yang menjalar ke arah laring.
   3. Stadium tersier
       Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap.
b. Terinfeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH.
c. Pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan gram.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

Klasifikasi faringitis

a. Faringitis Akut
1. Faringitis Viral
    Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus
    (EBV), virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-lain.
    Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama
    pada anak.
2. Faringitis Bakterial
    Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab
    faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
    Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat
    diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :
    • Demam
    • Anterior Cervical lymphadenopathy
    • Eksudat tonsil
    • Tidak adanya batuk
    Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka
    pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptococcus group
    A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi
          streptococcus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan
         50% terinfeksi streptococcus group A.
3. Faringitis Fungal
    Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.
4. Faringitis Gonorea
    Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital

b. Faringitis Kronik
1. Faringitis Kronik Hiperplastik
    Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
    posterior faring.
2. Faringitis Kronik Atrofi
    Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis
    atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta
    kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
    pada faring.

c. Faringitis Spesifik
1. Faringitis Tuberkulosis
    Merupakan proses sekunder dari tuberculosis paru. Pada infeksi
    kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring
    primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang
    mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi
    endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberculosis miliaris
2. Faringitis Luetika
    Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring,
    seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung
    stadium penyakitnya.

Diagnosis Banding: -

Komplikasi

a. Sinusitis
b. Otitis media
c. Epiglotitis
d. Abses peritonsilar
e. Abses retrofaringeal.
f. Septikemia
g. Meningitis
h. Glomerulonefritis
i. Demam rematik akut

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
a. Istirahat cukup
b. Minum air putih yang cukup
c. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
    antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal
    diberikan Nystatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik
    hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan
    memakai zat kimia larutan nitras argentin 25%.
d. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus metisoprinol
    (isoprenosine) dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari
    pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50 mg/kgBB
    dibagi dalam 4-6 x/hari.
e. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
    streptococcus group A, diberikan antibiotik Penicillin G Benzatin 50.000
    U/kgBB/IM dosis tunggal bila pasien tidak alergi penisilin, atau
    Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada
    dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari, atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari.
f. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan sefalosporin generasi ke-3,
    seperti Ceftriakson 2 gr IV/IM single dose.
g. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal
    harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada
    rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan
    kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.
h. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
i. Selain antibiotik, kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi
    inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang
    diberikan dapat berupa deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3
    hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari
    selama 3 hari.

Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan
    olahraga teratur.
b. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
c. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
d. Selalu menjaga kebersihan mulut
e. Mencuci tangan secara teratur

Pemeriksaan penunjang lanjutan (bila diperlukan)
a. Kultur resistensi dari swab tenggorok.
b. GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi
    bakteri streptococcus group AKriteria

Rujukan

a. Faringitis luetika.
b. Timbul komplikasi: epiglotitis, abses peritonsiler, abses retrofaringeal,
    septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut.

Sarana Prasarana

a. Lampu kepala
b. Spatula lidah
c. Lidi kapas
d. Pemeriksaan laboratorium sederhana
e. Larutan KOH
f. Pewarnaan gram
g. Obat-obatan: antibiotik, antiviral, obat batuk antitusif atau ekspektoran,
    obat kumur antiseptik.

Prognosis

Prognosis pada umumnya bonam, namun hal ini bergantung pada jenis dan
komplikasinya.




sumber gambar : http://www.healthline.com/health/sore-throat#Overview1

No comments:

Post a Comment