Pages

Tuesday, 6 May 2014

SKISTOSOMIASIS (CACING PIPIH)


Skistosomiasis

                       
No. ICPC II : D96 Worm/outer parasite
No. ICD X : B65.9 Skistosomiasisunspecified
B65.2 Schistomiasis due to S. japonicum
Tingkat Kemampuan: 4A

Masalah Kesehatan

Schistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke). Terdapat tiga spesies cacing trematoda utama yang menjadi penyebab skistosomiasis yaitu Schistosoma japonicum, schistosoma haematobium dan schistosoma mansoni.
Spesies yang kurang dikenal yaitu Schistosoma mekongi dan Schistosoma intercalatum. Di Indonesia spesies yang paling sering ditemukan adalah Schistosoma japonicum khususnya di daerah lembah Napu dan sekitar danau Lindu di Sulawesi Tengah. Untuk menginfeksi manusia, Schistosoma memerlukan keong sebagai intermediate host. Penularan Schistosoma terjadi melalui serkaria yang berkembang dari host dan menembus kulit pasien dalam air. Skistosomiasis terjadi karena reaksi imunologis terhadap telur cacing yang terperangkap dalam jaringan.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
a. Pada fase akut, pasien biasanya datang dengan keluhan demam, nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronchitis, nyeri abdominal.Biasanya terdapat riwayat terpapar dengan air misalnya danau atau sungai 4-8
minggu sebelumnya, yang kemudian berkembang menjadi ruam kemerahan (pruritic rash)




b. Pada fase kronis, keluhan pasien tergantung pada letak lesi misalnya:
1. Buang air kecil darah (hematuria), rasa tak nyaman hingga nyeri saat berkemih, disebabkan oleh urinary schistosomiasis biasanya disebabkan oleh S. hematobium.
2. nyeri abdomen dan diare berdarah biasanya disebabkan oleh intestinal skistosomiasisoleh biasanya disebabkan oleh S. mansoni, S. Japonicum juga S. Mekongi.
3. Pembesaran perut, kuning pada kulit dan mata disebabkan oleh hepatosplenic skistosomiasis yang biasanya disebabkan oleh S. Japonicum.


Faktor Risiko :
Orang-orang yang tinggal atau datang berkunjung ke daerah endemik di sekitar lembah Napu dan Lindu, Sulawesi Tengah dan mempunyai kebiasaan terpajan dengan air, baik di sawah maupun danau di wilayah tersebut.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
a. Pada skistosomiasis akut dapat ditemukan:
   1. Limfadenopati
   2. Hepatosplenomegaly
   3. Gatal pada kulit
   4. Demam
   5. Urtikaria
   6. Buang air besar berdarah (bloody stool)
b. Pada skistosomiasis kronik bisa ditemukan:
   1. Hipertensi portal dengan distensi abdomen, hepatosplenomegaly
   2. Gagal ginjal dengan anemia dan hipertensi
   3. Gagal jantung dengan gagal jantung kanan
   4. Intestinal polyposis
   5. Ikterus

Pemeriksaan Penunjang
Penemuan telur cacing pada spesimen tinja dan pada sedimen urin.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan juga penemuan telur cacing pada pemeriksaan tinja dan juga sedimen urine.

Diagnosis Banding : -

Komplikasi:
 a. Gagal ginjal
 b. Gagal jantung

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
a. Pengobatan diberikan dengan dua tujuan yakni untuk menyembuhkan pasien atau meminimalkan morbiditas dan mengurangi penyebaran penyakit
b. Prazikuantel adalah obat pilihan yang diberikan karena dapat membunuh semua spesies Schistosoma. Walaupun pemberian single terapi sudah bersifat kuratif, namun pengulangan setelah 2 sampai 4
minggu dapat meningkatkan efektifitas pengobatan. Pemberian prazikuantel dengan dosis sebagai berikut:
Tabel 20. Dosis prazikuantel






                


Rencana Tindak Lanjut

a. Setelah 4 minggu dapat dilakukan pengulangan pengobatan.
b. Pada pasien dengan telur cacing positif dapat dilakukan pemeriksaan ulang setelah satu bulan untuk memantau keberhasilan pengobatan.

Konseling dan Edukasi

a. Hindari berenang atau menyelam di danau atau sungai di daerah endemik skistosomiasis.
b. Minum air yang sudah dimasak untuk menghindari penularan lewat air yang terkontaminasi.

Kriteria Rujukan

Pasien yang didiagnosis dengan skistosomiasis (kronis) disertai komplikasi.

Sarana Prasarana

Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan tinja dan sedimen urine (pada S.haematobium)

Prognosis

Pada skistosomiasis akut, prognosis adalah dubia ad bonam, sedangkan yang kronis, prognosis menjadi dubia ad malam.


 Sumber gambar :
 http://www.rayur.com/wp-content/uploads/2012/08/Schistosomiasis.jpg
 http://africanxmag.com/new-13.jpg
 http://www.tabletsmanual.com/img/wiki/swimmers_itch.jpg
 http://9diseasewiki.wikispaces.com/file/view/13._Untreated_Schistosomiasis.png/247626269/714x278/13._Untreated_Schistosomiasis.png

No comments:

Post a Comment