Pages

Wednesday, 21 September 2016

RHINITIS AKUT

Rhinitis Akut

No. ICPC II : R74 Upper respiratory infection acute
No. ICD X : J00 Acute nasopharingitis (common cold)
Tingkat Kemampuan: 4A

Masalah Kesehatan

Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut
(< 12 minggu). Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun
iritan. Radang sering ditemukan karena manifestasi dari rhinitis simpleks
(common cold), influenza, penyakit eksantem (seperti morbili, variola, varicella,
pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma.
Rhinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan walaupun
sering dianggap sepele oleh para praktisi. Gejala-gejala rhinitis secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala-gejala sistemik
yang menyertainya seperti fatigue dan sakit kepala.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Pasien datang dengan keluhan keluar ingus dari hidung (rinorea), hidung
tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung.
a. Rhinitis simpleks: gejala berupa rasa panas di daerah belakang hidung
pada awalnya, lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan
bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat demam
ringan. Pada infeksi bakteri ingus menjadi mukopurulen, biasanya
diikuti juga dengan gejala sistemik seperti demam, malaise dan sakit
kepala.
b. Rhinitis influenza: gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit
pada otot.
c. Rhinitis eksantematous: gejala terjadi sebelum tanda karakteristik atau
ruam muncul.
d. Rhinitis iritan: gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin.
e. Rhinitis difteria: gejala berupa demam, toksemia, terdapat limfadenitis,
dan mungkin ada paralisis otot pernafasan.

Faktor Risiko

a. Penurunan daya tahan tubuh.
b. Paparan debu, asap atau gas yang bersifat iritatif.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

a. Dapat ditemukan adanya demam.
b. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit,
terdapat sekret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan
hiperemis.
c. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah. Membran
keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian
bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan.

Pemeriksaan Penunjang : tidak diperlukan

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Klasifikasi berdasarkan etiologi:

a. Rhinitis Virus

1. Rhinitis simplek (pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza)

Rhinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi
melalui droplet di udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara
lain, adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus,
coxsakievirus, dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir
dalam 2-3 minggu.

2. Rhinitis Influenza

Virus influenza A, B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan
gejalanya mirip dengan common cold. Komplikasi berhubungan
dengan infeksi bakteri sering terjadi.

3. Rhinitis Eksantematous

Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan
rhinitis, di mana didahului dengan eksantema sekitar 2-3 hari.
Infeksi sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih
berat.

b. Rhinitis Bakteri

1. Infeksi non spesifik
• Rhinitis Bakteri Primer. Infeksi ini tampak pada anak dan
biasanya akibat dari infeksi pneumococcus, streptococcus atau
staphylococcus. Membran putih keabu-abuan yang lengket dapat
terbentuk di rongga hidung, dan apabila diangkat dapat
menyebabkan pendarahan/epistaksis.
• Rhinitis Bakteri Sekunder merupakan akibat dari infeksi bakteri
pada rhinitis viral akut.

2. Rhinitis Difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rhinitis
difteri dapat berbentuk akut atau kronik dan bersifat primer pada
hidung atau sekunder pada tenggorokan. Dugaan adanya rhinitis
difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi
yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena
cakupan program imunisasi yang semakin meningkat.

c. Rhinitis Iritan

Tipe rhinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang
bersifat iritatif seperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Selain
itu, dapat juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung
selama masa manipulasi intranasal, contohnya pada pengangkatan
corpus alienum. Pada rhinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera
yang disebut dengan “immediate catarrhal reaction” bersamaan dengan
bersin, rinore, dan hidung tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat
dengan menghilangkan faktor penyebab atau dapat menetap selama
beberapa hari jika epitel hidung telah rusak. Pemulihan akan
bergantung pada kerusakan epitel dan infeksi yang terjadi.

Diagnosis Banding

a. Rhinitis alergi pada serangan akut
b. Rhinitis vasomotor pada serangan akut

Komplikasi

a. Otitis media akut.
b. Sinusitis paranasalis.
c. Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring,
tracheobronchitis, pneumonia.

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

a. Istirahat yang cukup.
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat.
c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara
spontan setelah kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya terapi
yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik,
dan nasal dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup. Terapi
khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi
sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan.
1. Antipiretik dapat diberikan parasetamol.
2. Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak,
membuat pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin, atau fenilefrin.
3. Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin,
eritromisin, cefadroxil.
4. Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin
sistemik, dan antitoksin difteri.

Pemeriksaan Penunjang Lanjutan

Tidak diperlukan

Rencana Tindak Lanjut

Jika terdapat kasus rhinitis difteri dilakukan pelaporan ke dinkes setempat.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
a. Menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehatdengan begitu dapat
terbentuknya sistem imunitas yang optimal yang dapat melindungi
tubuh dari serangan zat-zat asing.
b. Lebih sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah.
c. Memperkecil kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi.
d. Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
e. Mengikuti program imunisasi lengkap, seperti vaksinasi influenza,
vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rhinitis eksantematous.

Kriteria Rujukan

Pasien dengan rhinitis difteri.

Sarana Prasarana

a. Lampu kepala
b. Spekulum hidung
c. Obat-obatan: antipiretik, analgetik, antibiotik, dekongestan
Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Pada rhinitis difteri, prognosis dapat menjadi
dubia.

No comments:

Post a Comment