Pages

Monday, 17 November 2014

VERTIGO (PUSING TUJUH KELILING)

Vertigo



No. ICPC II : N17 Vertigo/dizziness
No. ICD X : R42 Dizziness and giddiness
Tingkat Kemampuan: 4A
(Vertigo Vestibular/ Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV))

Masalah Kesehatan

Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa:
a. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
     vestibular.
b. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
     timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual

Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
a. Vertigo vestibular perifer.
    Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis
b. Vertigo vestibular sentral.
    Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus sampai
    ke korteks serebri.

Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain:
akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan,
terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain.

Secara spesifik, penyebab vertigo, adalah:
a. Vertigo vestibular
    Vertigo perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo
    (BPPV), Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin,
    labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular
    compression, fistel perilimfe.
    Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi,
    demielinisasi, degenerasi.
b. Vertigo non vestibular
    Disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma
     leher, presinkop, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache,
    penyakit sistemik.

BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik
serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan
perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian memutar
kepala.
BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam kehidupan
seseorang. Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi akan
meningkat setiap tahunnya berkaitan dengan meningkatnya usia sebesar 7
kali atau seseorang yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan dengan 18-39
tahun. BPPV lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
a. Vertigo vestibular
    Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh
    gerakan kepala, bisa disertai rasa mual atau muntah.
    1. Vertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah
        perubahan posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, disertai
        mual atau muntah dan keringat dingin. Bisa disertai gangguan
        pendengaran berupa tinitus, atau ketulian, dan tidak disertai gejala
        neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia,
        paresis fasialis.
    2. Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh
        oleh gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa
        mual dan muntah, tidak disertai gangguan pendengaran. Keluhan
        dapat disertai dengan gejala neurologik fokal seperti hemiparesis,
        diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis.
b. Vertigo non vestibular
    Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, berlangsung
    konstan atau kontinu, tidak disertai rasa mual dan muntah, serangan
    biasanya dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya seperti di tempat
    keramaian misalnya lalu lintas macet.

Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai:
Deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit
kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
a. Bentuk serangan vertigo:
    1. Pusing berputar.
    2. Rasa goyang atau melayang.
b. Sifat serangan vertigo:
    1. Periodik.
    2. Kontinu.
    3. Ringan atau berat.
c. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
    1. Perubahan gerakan kepala atau posisi.
    2. Situasi: keramaian dan emosional.
    3. Suara.
d. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
    1. Mual, muntah, keringat dingin.
    2. Gejala otonom berat atau ringan.
e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli.
f. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin,
    gentamisin, kemoterapi.
g. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
h. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
i. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral
    numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris.

Gambaran klinis BPPV:
Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi
Pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk. atau menegakkan
kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam
waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30 detik. Vertigo pada BPPV
dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah. Setelah
rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa melayang dan diikuti disekulibrium
selama beberapa hari sampai minggu. BPPV dapat muncul
kembali.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
b. Pemeriksaan system kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan
    darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari
    30 mmHg.
c. Pemeriksaan neurologis
1. Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan
    vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler
    sentral.
2. Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami
    gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X,
    XI, XII.
3. Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
4. Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
5. Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi) :
   • Tes nistagmus:


      Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan
      komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer,
      bidireksional, sentral.

   • Tes rhomberg:

     Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan
     kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien
     cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system
     vestibuler atau proprioseptif.

   • Tes rhomberg dipertajam (Sharpen Rhomberg):
     Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan
     kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien
     cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system
     vestibuler atau proprioseptif.
   • Tes jalan tandem:


     pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat
     melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan
     vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.

   • Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari
     30 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter.

   • Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup


      maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar
      akan terjadi hipermetri atau hipometri.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis.





Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
a. Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode
    brand Daroff.
b. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai
    tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat
    ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk
    kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain.
    Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3
    kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta
    dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore
    hari.
c. Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali
    merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
    menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan
    bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah
    beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan:
   1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
       • Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat
         diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan
         intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
      • Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam,
         diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per
         oral.
      • Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
        a) Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
        b) Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum
            6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
   2. Kalsium Antagonis
       Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan
       dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier.
       Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.

Terapi BPPV:
a. Komunikasi dan informasi:
    Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir
     akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena
     itu, pasien perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang
     berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beberapa
     waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat
     kambuh kembali.
b. Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan namun apabila terjadi disekuilibrium
     pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk
     mempercepat kompensasi.

Terapi BPPV kanal posterior:
a. Manuver Epley

b. Prosedur Semont

c. Metode Brand Daroff


Rencana Tindak Lanjut

Vertigo pada pasien perlu pemantauan untuk mencari penyebabnya kemudian
dilakukan tatalaksana sesuai penyebab.

Konseling dan Edukasi
a. Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari
    penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai penyebab.
b. Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.

Kriteria Rujukan

a. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
b. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi
     farmakologik dan non farmakologik.

Sarana Prasarana

a. Palu reflex
b. Spygmomanometer
c. Termometer
d. Garpu tala (penala)
e. Obat antihistamin
f. Obat antagonis kalsium

Prognosis

Pada BPPV, prognosis umumnya baik, namun BPPV sering terjadi berulang.



sumber gambar :
http://www.oidonarizygarganta.es/wp-content/uploads/2013/02/Romberg.jpg
http://i.ytimg.com/vi/F-iizUEk2oA/hqdefault.jpg
http://www.acbrown.com/neuro/Lectures/Motr/AVFigs/NrMotr25.gif
http://www.midatlanticneurology.com/scan/epley.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy_RkuqeEIz0nUAsTW9Madqn-Q857i-nLl82ADLp_gtsbdTZ1HT6eWbtjxE6aHx2wtR456JJ16zbGEkVpb-pqAbclVbv469jJzbe3YK56FQfFAHnOWrCi9Tw4ZQi-NUckWWWrynWGnVzI/s1600/Brandt+Darrof.png
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSl5P3DdsosgsjZHQhnF33JCXttp0WxV5dzVS1cS3UMkiSKqyFD


No comments:

Post a Comment